Depresi merupakan salah
satu masalah kesehatan mental serius yang berbahaya dan banyak terjadi.
Macam-macam depresi ada yang ringan, namun ada juga yang cukup parah hingga
berisiko mengancam nyawa. Oleh karena itu, Anda perlu mengenali apa saja
macam-macam depresi tersebut.
Anda tentu pernah merasa sedih, hampa, dan putus
asa, entah karena masalah keluarga, pekerjaan, tekanan batin, atau karena ada
keluarga atau kerabat dekat yang baru saja meninggal. Seiring waktu, biasanya
perasaan tersebut akan menghilang dan kondisi emosional Anda pun kembali
normal.
Namun, apabila perasaan tersebut terus menetap
hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, apalagi jika muncul tanpa
alasan yang jelas, maka kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh depresi. Selain merasa putus asa, orang yang menderita
depresi biasanya sulit menjalani aktivitas sehari-hari dan cenderung menarik
diri dari lingkungan sosial. Penderita depresi bahkan tak sedikit yang merasa
ingin bunuh diri atau ingin mencelakai diri karena merasa hidupnya tidak
berarti.
Macam-macam depresi ada banyak. Oleh karena itu,
penting bagi Anda untuk mengetahui jenis dan gejala berbagai macam depresi agar
kondisi ini dapat dikenali dan ditangani dengan tepat.
Ketahui Lebih Jauh Tentang Macam-Macam Depresi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat
setidaknya ada 260 juta penderita depresi di seluruh dunia. Dari sekian banyak
penderita depresi tersebut, diperkirakan ada 800.000 kasus kematian akibat
bunuh diri yang disebabkan oleh depresi.
Depresi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Depresi mayor
Depresi mayor merupakan jenis depresi yang
membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Seseorang
dikatakan menderita depresi mayor jika mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Suasana hati yang murung dan suram
- Kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas lain yang sebelumnya disukai
- Perubahan berat badan
- Gangguan tidur
- Sering merasa lelah dan kurang berenergi
- Selalu merasa bersalah dan tidak berguna
- Sulit berkonsentrasi
- Kecenderungan untuk bunuh diri
Gejala bisa berlangsung berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan. Terlepas dari berapa lama gejala berlangsung, depresi berat
dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup penderitanya.
2. Depresi persisten
Depresi persisten atau distimia merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kondisi depresi yang bersifat kronis. Gejala
yang ditimbulkan sama dengan depresi pada umumnya, hanya saja depresi jenis ini
berlangsung lama bahkan hingga bertahun-tahun. Seseorang dapat disebut menderita depresi
persisten apabila ia merasakan gejala depresi yang menetap selama setidaknya 2
bulan secara terus menerus dan hilang timbul dalam waktu 2 tahun.
Walau gejalanya tidak selalu berat seperti
depresi mayor, penderita depresi persisten juga sering kali memiliki kesulitan
dalam bersosialisasi dan menjalani aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar
adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat
drastis. Orang yang memiliki gangguan bipolar bisa merasa sangat senang dan
berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba menjadi sedih dan depresi. Ketika berada dalam fase senang dan berenergi
(mania atau hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala
berikut ini:
- Optimis dan tidak bisa diam
- Sangat berenergi dan lebih bersemangat
- Percaya diri yang berlebihan
- Susah tidur atau merasa tidak perlu tidur
- Nafsu makan meningkat
- Banyak pikiran
Setelah berada dalam fase mania atau hipomania
untuk beberapa waktu, orang yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk
ke fase mood yang normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan mood
ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-minggu.
4. Depresi psikotik
Depresi psikotik ditandai dengan gejala depresi
berat yang disertai adanya halusinasi atau gangguan psikotik.
Penderita depresi jenis ini akan mengalami gejala depresi dan halusinasi,
yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak nyata.
Tipe depresi ini lebih banyak terjadi pada orang
tua. Meski begitu, orang yang masih muda pun bisa saja mengalaminya. Selain
usia lanjut, riwayat trauma psikologis yang berat di masa kecil juga dikatakan
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi psikotik.
5. Depresi postpartum
Depresi postpartum
adalah jenis depresi yang terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan. Ibu yang
menderita depresi postpartum dapat mengalami beberapa gejala, seperti:
- Selalu merasa tertekan
- Sulit berkonsentrasi
- Nafsu makan berkurang
- Susah tidur
- Merasa tidak pantas menjadi seorang ibu
- Sulit menghasilkan ASI atau menyusui
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri atau bayinya
Terkadang, depresi postpartum bisa menyerupai
gangguan psikologis lain yang disebut sindrom baby blues syndrome.
Meski gejalanya mirip, kedua kondisi tersebut merupakan hal yang berbeda. Sindrom
baby blues
biasanya terjadi selama 2 minggu setelah melahirkan dan akan mereda dengan
sendirinya, sedangkan depresi postpartum dapat berlangsung lama hingga 6 bulan
atau lebih dan dapat mengganggu ikatan batin antara ibu dan bayinya.
6. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Premenstrual dysphoric disorder adalah
jenis depresi yang menyerang wanita pada saat menjelang menstruasi. Kondisi ini
sering disebut sebagai sindrom
pramenstruasi yang berat.
Wanita yang mengalami PMDD dapat mengalami
beberapa gejala berikut ini:
- Mudah emosi dan tersinggung
- Sering merasa cemas secara berlebihan
- Sulit tidur
- Nyeri otot
- Kram perut
- Nafsu makan hilang atau justru bertambah
- Sakit kepala
Berbeda dengan sindrom pramenstruasi, gejala PMDD
yang terjadi bisa sangat mengganggu dan bahkan muncul gejala depresi berat yang
mengganggu kualitas hidup penderitanya. Gejala ini biasanya akan muncul dalam
waktu 1 minggu sebelum menstruasi dimulai dan akan menghilang setelah datang
bulan.
Penanganan Macam-Macam Depresi yang Tepat
Depresi bukanlah sekadar rasa sedih biasa. Tanpa
penanganan yang tepat, depresi cenderung akan menetap dan bisa bertambah parah.
Hal inilah yang kemudian berpotensi menyebabkan penderita depresi rentan
mencoba bunuh diri, mengonsumsi alkohol berlebihan, atau menyalahgunakan
narkoba.Oleh karena itu, jika Anda mengalami depresi, apa
pun jenisnya, sebaiknya konsultasikan hal tersebut ke
psikiater agar kondisi Anda dapat ditangani dengan baik.
Untuk menentukan jenis depresi yang Anda derita,
dokter akan melakukan pemeriksaan kejiwaan. Setelah jenis depresinya diketahui,
dokter akan memberikan penanganan yang sesuai. Penanganan untuk depresi
biasanya berupa konseling atau psikoterapi,
serta pemberian obat-obatan, seperti antidepresan. Disadur dari berbagai macam artikel
Baca Juga :